About Arya Bayu


Aku, Putra Bali, Anak Indonesia
“Hidup Bukan Hanya Untuk Ambisi, Melainkan Dedikasi”

          readBookAku anak kedua dari perkawinan antar suku. Ayahku I Gusti Putu Suara, seorang lelaki Bali yang tegas dan sangat kuhormati. Ibuku Parmiati, seorang wanita Jawa yang lembut dan sangat kucintai. Yang pasti, aku murni anak Indonesia, berfikir, berhati dan berjiwa Indonesia. Kalau kakakku, Gusti Ngurah Arya Pramana Putra, lebih banyak mengambil sifat ayahku yang selalu serius dalam belajar dan bekerja, maka sifat tenang dan darah seni ibuku mengalir deras dalam tubuhku. Sementara adikku, Gusti Ngurah Arya Agus Adi Prasetya, adalah anak yang selalu semangat meski kadang pemarah. Meskipun berbeda, kami tiga bersaudara ini adalah buah hati dan kebanggaan orang tua kami.

Sejak aku masih dalam kandungan, nama Gusti Ngurah Arya Bayu Permadi sudah disiapkan untukku. Nama yang kata ibuku punya arti dalam, Orang perkasa yang bijaksana. Nama yang menuntutku untuk tidak bersikap cengeng dan dan selalu berfikir sebelum bertindak, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Karena orang tuaku selalu menanamkan bahwa nama bukanlah hanya label ataupun predikat, tetapi lebih mencerminkan sebuah pribadi.

Aku dilahirkan 24 Maret 17 tahun yang lalu di Melaya, sebuah desa yang terletak di Kabupaten Jembrana, di ujung barat pulau Bali. Desa kecil yang terletak di tepi pantai yang tenang dan berpasir gelap. Desa yang berpenduduk heterogen, dari suku Bali, Jawa, Nusa maupun Kampong/Melayu. Dari petani, pedagang, pegawai maupun nelayan. Kami hidup berdampingan dalam kedamaian , bersama-sama memutar roda kehidupan Desa Melaya meski berbeda agama dan bahasa.

Masa kecil kulalui dengan banyak kebahagiaan. Masa indah yang manisnya masih lekat dalam ingatan. Seakan masih terasa, lembut tangan Bu Evi dan Bu Komang, guru TK ku, memegang jemariku menggenggam pensil menulis angka satu dan menggambar kupu-kupu.  Serasa baru berlalu aku dan teman-temanku menari Janger dengan gadis-gadis kecil ceria yang kini sudah menjelma menjadi remaja-remaja jelita. Bahkan setelan tuxedo biru muda, yang kupakai pada saat lomba peragaan busana antar TK di Art Centre Denpasar Kota, masih terlipat di lemariku dengan rapinya.

Meskipun ibu banyak menyimpan barang kenanganku, tak satupun bekas seragam sekolahku disisakan. Bukan karena sudah penuh coretan, tetapi karena sudah berpindah tangan, berganti pemakainya. Orang tuaku selalu mengajarkan kami anak-anaknya untuk rela berbagi. Karena barang yang bagi kita sudah tak dipakai lagi, mungkin bagi orang lain sangat berarti. Maka barang-barang yang masih layak pakai tapi tak lagi dirasa perlu, pastilah segera dicarikan pemilik baru. Ternyata benar yang dikatakan ayah dan ibuku, sungguh suatu kebahagiaan bisa membuat orang lain tersenyum karena kita.

Masa SD kulalui dengan banyak pelajaran dan kegiatan. Aku selalu memegang ingat kata-kata ibu, “Jangan takut menghadapi tantangan. Jangan pernah menolak kesempatan yang ditawarkan kalau kita merasa mampu melakukannya, karena kesempatan tidak pernah akan datang dua kali. Tapi ingat selalu sadar dan mengukur diri,  kalau orang lain lebih mampu haruslah kita sportif mengakui.” Itu sebabnya berbagai lomba kuikuti. Mulai dari lomba membaca cepat, mekidung, matematika, Bahasa Inggris dan tak ketinggalan Pramuka. Pernah aku berhasil, pernah juga gagal dan kecewa.  Bagiku juara bukan segalanya karena pengalamanlah yang lebih utama. Tetapi yang paling mengesankan adalah ketika aku terpilih menjadi dokter kecil Kabupaten Jembrana. Bangganya tak terkira. Serasa aku menjadi dokter yang sesungguhnya.

Sebagai dokter kecil, aku dibimbing petugas-petugas medis bagaimana cara menangani orang pingsan, memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan ringan, mengobati luka, dan sebagainya. Aku ingat sekali saat aku mengajukan usul kepada guru pembimbingku, “Buk Luh, yuk kita bikin penyuluhan di kelas biar yang lain juga tau!” Ternyata Bu Luh, pembimbing UKS ku sangat senang dan langsung  menanggapi. Dari sanalah aku mulai berbagi ilmu yang ku dapat dengan mensosialisasikan masalah kesehatan umum, penyakit Deman Berdarah, Malaria, hingga pentingnya kebersihan kuku kepada teman-teman lain di SDN 4 Melaya, maklum di SD desa seperti itu banyak anak-anak yang tidak peduli tentang kebersihan diri. Dan mulai saat itu, aku mulai mencintai dunia kesehatan dan kedokteran. Aku senang bisa menolong teman yang terluka, bisa mensosialisasikan kesehatan, apalagi kepada adik-adik kelas.

Enam tahun masa belajar di SD berlalu bagai berlari dan akupun mulai melangkah ke jenjang yang lebih tinggi. Besarnya jasa Bapak dan Ibu  guru SD yang membimbingku meraih prestasi tak mampu kuukur lagi. Sempat terbersit rasa sedih, karena aku hanya bisa membalas dengan ucapan terimakasih. Di hati yang paling dalam aku berjanji, suatu hari nanti aku harus bisa membalas budi.

Pada saat memasuki masa SMP inilah baru kusadari. Ternyata banyak teman-teman SD tak terlihat lagi. Rupanya banyak temanku dari suku Kampong, yang sebagian besar adalah anak-anak para nelayan, tak lagi menempuh pendidikan. Kulihat mereka melaut bersama ayahnya. Sudah saatnya membantu mencari nafkah katanya. Di balik senyum pahitnya kulihat keinginan yang besar di mata mereka, keinginan untuk melanjutkan sekolah. Tetapi layar telah dibentangkan, dayung harus tetap diayunkan. Dunia kami sekarang jauh berbeda, tapi persahabatanku tidaklah putus karenanya. Aku tak banyak bisa membantu, tapi paling tidak aku masih bisa meminjamkan beberapa buku yang mereka minta. Buku yang bisa mereka baca sambil isirahat dan menjemur jala. Aku senang mereka masih suka membaca. Bukankah belajar bisa di mana saja?

Pada saat SMP ini kegiatan Pramukaku makin aktif. SMP ku banyak mengikuti lomba-lomba Pramuka dan sering mendapat juara. Orang tuaku sangat mendukung kegiatan ini karena Pramuka membentuk pribadi yang sigap dan mandiri. Sayang sekali aku tak sempat mengikuti Jambore maupun Raimuna. Tetapi bagaimanapun kegiatan Pramuka sangat kunikmati bahkan sampai saat ini. Aku memang sudah menjadi Bintara dan tergabung dalam Saka Wana Bhakti, tetapi Pramuka di SD dan SMP sebagai cikal bakal kegiatanku tak mungkin aku lupakan. Aku masih sangat antusias kalau mereka memintaku untuk melatih adik-adik yang akan berlomba. Bukankah kalau mereka menjadi juara, adalah kebanggaanku juga?

Ketika melatih adik-adik pramuka SD inilah aku melihat ada diantara mereka yang sangat semangat. Tidak hanya pada kegiatan, tetapi juga pada pengetahuan terutama Bahasa Inggris. Karena itu timbul ideku untuk memberikan sesuatu yang berbeda. Kenapa tidak mencoba menjadi guru kecil? Ternyata banyak adik-adik yang antusias untuk ikut belajar. Meskipun hanya sebatas mengajarkan kosa-kata dan beberapa kalimat sapaan, ternyata peningkatan yang mereka dapatkan membuat mereka makin percaya diri dan lebih semangat belajar lagi. Mungkin satu hari nanti aku akan membuka kursus Bahasa Inggris sendiri. Pasti keren menjadi instruktur Bahasa Inggris.

Satu hari aku ditawari untuk ikut menjadi anggota gong Baleganjur, musik tradisional Bali, di desaku. Pucuk dicinta ulam tiba. Sebenarnya selain belajar memainkan alat musik modern, aku ingin sekali memainkan alat musik tradisional. Sering kulihat di TV, anak-anak daerah Bali timur tampil dengan kelompok gongnya. Terlihat gagah, terasa benar-benar putra Bali, putra pulau seni. Tapi selama ini di desa Melaya aku hanya menonton saja karena pesertanya semua orang dewasa. Rupanya Bendesa Adat ( Kepala Desa Adat) di desaku ingin membentuk  sekaa ( kelompok) gong anak-anak. Gayungpun bersambut. Semua semangat, semua berebut.

Setelah berlatih beberapa lama, pelatih memandang aku paling tepat memegang kendang. Jadilah aku sentral tabuh, karena katanya kendang dalam Baleganjur adalah pemandu nada dan ritme yang menjadi pemegang jalannya lagu gong tersebut. Tanggung jawab yang berat, tapi aku benar-benar menikmatinya. Ketika SMP ku membeli perangkat Baleganjur, aku juga dilibatkan dan ditunjuk menabuh kendang. Bahkan di SMA ku sekarang, lagi-lagi, aku tukang kendang. Tapi itulah musik, tak ada keluhan bila sudah merasuk di jiwa. Dua tahun lagi aku akan menapak dunia perguruan tinggi, sudah saatnya membentuk kaderisasi. Maka adik-adik SD pun mulai kucari dan kulatih sebagai penerus generasi nanti. Aku ingin mereka tetap menghargai dan melestarikan budaya Bali di tengah hingar-bingarnya musik metal yang juga melanda dan dicinta remaja-remaja masa kini. Bukannya anti, karena akupun pemegang melodi di grup band yang anggotanya teman-teman sekolah. Tetapi sudah menjadi kewajiban menjaga warisan leluhur agar tetap lestari.

Tahun 2007 ketika aku menginjak kelas delapan aku mulai mengenal organisasi SINDHU ( Siswa Hindu Nasional) yang berpusat di Denpasar. Dimulai dengan Pesamuan Agung. Beruntung sekali sekolah mengirimku dengan empat teman lainnya. Pada pesamuan yang dihadiri kurang lebih seratus peserta dari tingkat SMP dan SMA se Bali itu aku terpilih menjadi pengurus. Kalau  Kakakku  menjadi Wakil ketua, maka aku dipilih menjadi koordinator jurnalistik untuk tingkat propinsi, kegiatan yang kutekuni sampai sekarang. Yang paling membahagiakan, aku terpilih menjadi peserta terbaik tingkat SMP. Dengan demikian aku berhak mengikuti lawatan over land, mengunjungi istana-istana negara, Audensi dengan beberapa menteri serta lawatan ke beberapa kota untuk bertemu dengan pemuda-pemuda yang berprestasi seperti Abang None Jakarta, Mbak Mas Jogja dan yang lainnya. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan.

Tetapi kegiatan SINDHU tidak hanya berhenti sampai di situ. Kami sering mengadakan pelatihan dan lomba jurnalistik maupun pelatihan presenter untuk siswa SMP maupun SMA se propinsi Bali. Ketika aku sudah berhasil menjadi juara pada lomba Jurnalistik dan menjadi Presenter Terbaik, maka aku tidak lagi mengikuti acara-acara itu sebagai peserta, melainkan sebagai panitia. Pekerjaan yang berat sebenarnya, karena untuk melaksanakan acara-acara itu aku harus menempuh perjalanan hampir empat jam naik bus dari desa kecilku ke Denpasar. Tetapi semua itu tidak berarti dibandingkan dengan banyaknya pengalaman, pengetahuan dan teman-teman yang kudapat. Acara-acara bakti sosial seperti SEVA ( mengumpulkan bahan, memasak dan membaginya kepada para buruh di pasar Badung dan anak-anak panti asuhan, atau gotong royong membersihkan sampah di Pura besakih atau Pura Tanah Lot dan yang lainnya sering kami lakukan tanpa pamrih, hanya ada rasa suka rela dan suka cita karena bisa berbuat sesuatu untuk sesama. Kian hari kian terasa bahwa kebahagian yang kita bagi kepada orang lain akan menambah kebahagiaan kita sendiri.

Tahun 2008 aku mulai mengenal organisasi FAD ( Forum Anak Daerah). Organisasi yang fokus pada kegiatan anak dan permasalahannya. Saat itulah mata dan fikiranku makin terbuka, bahwa kami, anak-anak, punya hak-hak yang selama ini masih banyak diabaikan, tidak dipenuhi seutuhnya. Kegiatan SINDHU memang secara tidak langsung juga memenuhi hak anak, tetapi FAD lebih berfokus dan mengangkatnya. Dua organisasi ini kujalani sampai saat ini.

Aku dan FAD selalu berjuang untuk memasyarakatkan hak-hak anak ataupun berjuang memenuhi hak-hak mereka yang hilang. Dengan FAD kami juga sering mengadakan acara bakti sosial, kunjungan ke beberapa panti asuhan. Bekerja sukarela, mengumpulkan sumbangan untuk bisa diberikan pada anak-anak di sana, membagikan pamflet anti rokok kepada pengguna jalan di kota Denpasar, maupun menyuarakan anti kekerasan dan perlindungan anak kepada DPR. Semua itu kami lakukan untuk mengajak anak-anak sadar akan hak mereka dan para orang tua maupun masyarakat ingat untuk memenuhinya.

Ketika aku mendapat kesempatan untuk mengikuti Mimbar Anak Bali, aku mendapat kehormatan sebagai duta anak persahabatan dan ditunjuk untuk menjadi delegasi Bali pada Kongres Anak Nasional di Jakarta. Di kongres ini aku tidak hanya bertemu dengan ratusan anak dari seluruh penjuru Nusantara, tetapi juga berbagi ide dengan anak-anak hebat seperti mereka, memperjuangkan aspirasi anak Indonesia. Kongres ini bukan sekedar perayaan, tetapi lebih menukik pada forum diskusi dan berbagi aspirasi untuk kepentingan anak-anak sendiri. Sekarang aku menduduki jabatan Koodinator Pendidikan dan Pengembangan SDA di FAD propinsi. Mungkin teman-teman melihatku cocok menjadi guru. Tetapi jujur kuakui, akupun mencintai tugasku.

Tahun 2009 aku mulai mengenal organisasi KPB ( Kader Pelestari Budaya Bali).Satu organisasi yang beranggotakan anak-anak SMA dan mahasiswa yang peduli dengan budaya dan lingkungan. Mulai dari kesenian Bali sampai adat budaya Bali dan produknya kami terjuni. Bahkan pelestarian alam dan lingkungan pun tidak luput dari agenda kami. Tujuan kami hanya satu, melestarikan budaya adi luhung Pulau Dewata ini. Dari gunung sampai jurang dan lautpun kami jelajahi untuk menanamkan rasa cinta Bali. Naluri Kepramukaanku terasa tertantang dengan petualangan ini. Kota-demi kota kami kunjungi dengan agenda Lomba Kader Pelestari Budaya untuk daerah setempat. Mulai dari kesenian, kerajinan dan budaya lokal di gali dan diskusikan dalam forum ini. Satu tahun sudah kebersamaanku dengan KPB, maka pimpinan menunjukku menjadi koordinator pendidikan dan pelatihan. Ternyata sifatku yang selalu ingin tahu dan tidak kenal takut dari didikan Pramuka membuatku dipercaya memegang posisi ini.

Tahun 2010 aku masih melanjutkan pengabdianku untuk anak dan Indonesia. Sebelumnya aku terpilih menjadi koordinator jurnalistik di SHINDU dan menjadi dewan penasehat, kini aku membuat terobosan baru. Sebagai ketua pertama dan perintis Hindu Student Journalist Club, aku didukung oleh beberapa teman di Provinsi Bali memberikan suguhan informasi-informasi mengenai Pendidikan, Budaya, Agama, Kehidupan sosial, Anak, dan lain-lain. Aku percaya, dalam era moderen dengan teknologi yang begitu canggih aku bisa membuat perubahan positif baik kepada diriku sendiri maupun kepada anak-anak lain dengan berbagi informasi.

Masa Remaja adalah masa yang penuh warna-warni. Namun di tengah indahnya warna-warni hidup mereka, pasti ada noda yang menjadi dilema hidup mereka. Dan aku pikir bahwa seorang sahabat adalah wadah untuk mereka mencurahkan semua masalahnya. Maka, berbekal pelatihan PIK-KRR di Denpasar, atas seijin guru BK dan bantuan teman-teman aku membuat kelompok konseling sebaya. Dan dengan Counseling, Sharing & Caring aku menjadikannya wadah bagi anak dan remaja Indonesia untuk saling berbagi di KASWARI.

Melanjutkan masa-masa yang telah ku lalui di SD saat menjadi Dokter Kecil, kini aku bergabung di Palang Merah Indonesia. Berawal dari keikutsertaanku di Jumbara Daerah Bali 2010 aku terpilih menjadi Truna PMR PMI Provinsi Bali (Duta Palang Merah). Pulang berbekal tanggung jawab, selang beberapa minggu aku dan beberapa staf PMI Kabupaten Jembrana merundingkan untuk membentuk Forum Palang Merah Indonesia (FORPIS) dan terpilih sebagai Koordinator (Ketua) perintis di Kabupaten Jembrana. Dan seiring dengan lahirnya FORPIS, kembali ku rintis Satuan Tugas (SATGAS) sekaligus menjadi pimpinan di dalamnya. Dan kita buat wadah untuk anak-anak agar bisa memberikan apresiasinya untuk PMI dan turut serta menjadi relawan masa depan. Menyalurkan potensi mereka adalah sebuah cara untuk melahirkan anak-anak Indonesia yang cerdas, kreatif, dan bisa membawa perubahan positif bagi anak-anak lainnya.


Aku sering melihat begitu banyak dilema remaja, termasuk degradasi moral saat ini. Aku bersyukur kepada Senat Mahasiswa FIP UNDIKSHA yang telah menyelenggarakan Pemilihan Remaja Berbudi Pekerti. Sebagai salah satu peserta yang telah berhasil, aku tergugah untuk membuat sebuah wadah bagi remaja kini untuk bisa sharing tentang dunia remaja dan problema di dalamnya. Akhir tahun 2010, aku melahirkan Forum Remaja Berbudi Pekerti yang sementara ini memanfaatkan Jejaring Sosial Facebook. Selain bisa bertukar pikiran, mereka juga diberikan kesempatan untuk memberikan opini terhadap suatu masalah untuk bisa didiskusikan bersama.

Bagiku, setiap langkah yang ku ambil adalah pembelajaran untuk hidup yang lebih baik. Dan hidup bukan hanya untuk ambisi, melainkan dedikasi yang harus kita berikan untuk sesuatu yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Dan anak adalah anugerah yang patut kita kasihi. Bidadari kecil yang nantinya akan membawa perubahan positif untuk negeri adalah mutiara negeri kan tetap berseri apabila kita semua bisa berbagi dan saling peduli akan kemajuan Anak Negeri.

32 Comments

32 thoughts on “About Arya Bayu

  1. Brilliantpedy

    Senang bisa menemukn blog ini.. 🙂

  2. nurul

    BAGooooooooossssss….
    gmana klo blog ini ditambah background atau layout blog yg ada sankut pautnya ama bidangmu dek..,
    heheheehee tmbahin jga foto2 anak2 bali yg suka seni,,, misal :nari, mekidung,,, dll
    ocehhhhh 🙂

  3. Ayudian

    Mr. A …
    uplOad fOtO-fOtO gitu dOunk… biar tambah rame, n gag bOsen.. hhehehe 😀

  4. Thalia

    kerenn kak 🙂 kakak seorang jurnalis yang sangat aku suka ., 😀

  5. dwi jaya

    Kak Bayu orang yang sangat menginspirasi sya untuk jdi lebih maju.. sukses terus kak . 🙂

  6. gadiess bali

    upload Foto* keren yah 🙂

  7. pooh

    keren..
    ^^

  8. intan pramita

    sukses selalu,,, ^^
    GBU

  9. Ade Emelan Melani

    kakak hebat 🙂
    saya pengen seperti kakak 🙂

    • Waaaahhh,, makasii adik … 😀
      Kakak sie cuma segelintir anak iseng membawa perubahan positif dengan ide gila… hehehe
      Tapi,, masih buaaaanyak anak” yang lebih hebat dari kakak di dunia ini …
      Mungkin nanti salah satunya adalah Adik … 😀
      Jadilah bagian dari anak” yang luar biasa juga,, bila perlu… lebih dari kak dan yang lain … 😀

      • Ade Emelan

        wah… kakak rendah hati 😀
        astungkara 🙂 saya sering tersesat oleh pengaturan dan pembagiaan waktu kak. padahal udah buat jadwal sehari-hari tapi tetep aja 😦 apakah pertama kalinya kakak juga mengalami hal seperti itu? bagaimana cara mengatasinya?

      • tentu,, 😀
        Memang perlu pembiasaan yang teratur … 😀
        Yang penting jangan jalan di tempat … 😀
        Nikmati aja kegiatan adik dengan suka cita …
        Ayo tunjukkan lagi potensi adk …
        Berdoa dan berusaha,, yakin adik pasti bisa … 😀

      • Ade Emelan

        siippp kak…
        malah terlihta hiperaktif lagi, wkakakaka

        tapi saya orangnya moody kak, klo lagi bosan males, klo lagi semangat-semangatnya pasti usahanya banyak. solusinya ap yh kak?

      • wisma

        solusi buat ade, ya gampang.. hilangin aja acara moody-moodyan mu itu..
        jalani hari dengan usaha yang penuh semangat 😀

        #fighting

      • Bener,, Jangan hanya melakukan pekerjaan yang kamu citai… tapi cintailah pekerjaan yang seyogyanya kamu lakukan …

  10. ADE_WISMA_LARAS_

    wuihhhh,
    ya ampun semua kerjaan kakak bisa ambil 🙂
    gimana tuh caranya ngatur waktu???
    kok bisa?
    desa melaya itu kan terpencil, trus informasinya itu dari mana???
    jangan bilang “where there is a will there is a way” heheh :p

    DOSMAN….KESEK-KESEK JOSHHH

    • Hahaha
      “where there is a will there is a way”
      Bener” itu …
      tapi yang penting bagaimana kita bisa membijaksanai waktu kita
      harus bisa memilih mana yang penting,,
      Lw pepatah diatas sudah lumrah,,
      KASWARI punya juga pepatah baru
      “Be Wise, Think It Twice”
      😀

      • wisma

        wah wah, kreatif itu 😀
        tapi artinya apa itu kak? sepertinya dalam dan penuh makna,
        memang tak ada yang lebih hebat dari tekad yang kuat….harus selalu bisa menepati komitmen yang telah dibuat 😀

        #sok-tahu

  11. wisma ekayanti

    wow, kreatif tuh…
    menjadi bijaksana dengan berpikir dua kali, gituu ya??

    memang tekad yang kuat takkan mengalahkan tantangan yang mematikan sekalipun 🙂 tapi sayang, tdk semua orang punya tekad yg kuat terutama untuk mengubah dirinya ke arah yg lebih baik ;(

  12. @Wisma: Bener bgt,, bijaksanalah dalam mengambil tindakan… kita harus bisa mengambil keputusan dengan matang… Berfikirlah sebelum berbuat, kalau berbuat dulu baru berfikir,, maka kemungkinan besar kita akan menyesal nantinya.
    Contoh saja,, dilema remaja yang kini masih menjadi momok menakutkan yang anehnya masih sering terjadi. Akibat dari ‘pergaulan bebas’.
    Nah,, kebayang kan???
    Beruntunglah jika penyesalan itu tidak menghantui kita,, mungkin dewi Fortuna masih ada menyertai kita. 😀

  13. wisma ekayanti

    mungkin itu terjadi kerena mereka terlena akan kesenangan sesaat dan tdk mengetahui akibatnya serta penyesalan dr tindakan negatif yg dilakukan.
    yang ini menurut saya perlu bimbingan khusus dr pihak terdekat, misalnya orang tua. teman boleh juga, tapi sepanjang ini teman belum bisa dijadikan media informasi yang efektif, kecuali kepada orang yang benar2 berdedikasi 🙂

    • 😀 Benar,, memang perlu adanya komunikasi yang baik … terutama dari orang tua dan anak …
      Memang kita tidak boleh pilih-pilih teman,, namun ada kalanya kita harus bisa membijaksanai ungkapan itu. Karena lw salah pilih, bisa gawat jadinya. 😀
      Tapi lw kita juga bisa membawa mereka ke arah yang lebih baik … Triple (+) buat anda … 😀

  14. wisma ekayanti

    hahahaha 😀
    bener banget itu, tapi faktanya kebanyakan orang lebih susah dalam membawa dirinya kepada kebaikan, namun sebaliknya sangat gampang menjerumuskan dirinya kepada keburukan…
    menjadi diri yang benar dan menyebarkan pada yang lain, menarik juga 😉

  15. Dian Riestiyanie.S.Psi

    Hai..lam kenal ya dex.kaget+seneng jg nemuin anak jembrana ngeblog.kakak dl besar di negara.n sampe skrg ortu msh kerja di kantor pemda jembrana.tp kakak skrg stay di riau.jd guru bk sma.good luck 4u dex…

  16. Waaah,, seneng bisa ketemu kk dari Jembrana. Salam kenal kak 😀
    Sudah Sarjana Psikolg iia 😀
    Minta saran dan masukannya juga kak … apalagi kakak guru BK. Kaswari juga ingin kk bisa sharing di Page “Counseling, Sharing and Caring” 😀

    Kalau boleh tahu, bagaimana bisa tau Blog Kaswari, Kak?

  17. Excellent beat ! I would like to apprentice even as you amend your site, how could i subscribe for a blog web site? The account aided me a appropriate deal. I were tiny bit familiar of this your broadcast provided vivid clear idea.

  18. Excuse me, but I tried to email you with respect to an issue on your blog but the given e-mail address did not work. Is there some other place I might speak to you?

  19. Erik

    Kyen bngtz k3. .

  20. Salam kenal ya, kak 🙂
    semua yang kakak tulis memberikan inspirasi untuk saya, agar menjadi orang yang lebih baik.

Leave a comment